Artikel
Ruwat Bumi Desa Karekan 2025: Merawat Tradisi, Menguatkan Kebersamaan
Tradisi Ruwat Bumi kembali digelar di Desa Karekan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, pada tahun 2025. Kegiatan tahunan ini menjadi momen penting bagi warga desa untuk bersama-sama mengungkapkan rasa syukur atas limpahan hasil bumi dan keselamatan yang telah diberikan. Lebih dari sekadar ritual adat, Ruwat Bumi menjadi ruang kebersamaan yang mempertemukan berbagai unsur masyarakat dalam suasana yang akrab dan hangat.
Rangkaian acara Ruwat Bumi dimulai sejak pagi hari dengan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh Ki Dalang Sunoto, seorang dalang yang sudah dikenal luas di wilayah sekitar. Pagelaran wayang berlangsung sejak pagi hingga sore hari di halaman balai desa. Lakon yang dibawakan mengangkat nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan, yang relevan dengan kondisi masyarakat desa saat ini. Meski berlangsung sepanjang hari, antusiasme warga tidak surut. Banyak warga datang bergantian, ada yang duduk lesehan sambil menyimak cerita, ada pula yang sesekali mampir untuk menikmati suasana pertunjukan.
Selain menjadi hiburan, wayang kulit juga menjadi media edukasi yang efektif. Cerita yang disampaikan dibungkus dalam gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami, sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan, dari orang tua hingga anak-anak. Gamelan yang mengiringi pertunjukan pun memberi warna tersendiri, menambah kekayaan suasana yang terasa khas dan penuh makna.
Setelah istirahat menjelang petang, acara dilanjutkan kembali pada malam hari dengan pertunjukan ebeg dari Sanggar Krida Langen Sari Laras, sanggar kesenian asli dari Desa Karekan. Penampilan dimulai saat malam sudah tiba, disambut dengan semarak oleh warga yang kembali memenuhi lokasi pertunjukan. Ebeg, sebagai salah satu bentuk seni tradisional kuda lumping, tampil dengan iringan musik yang ritmis dan gerakan tarian yang kuat. Para penari menunjukkan kemampuan mereka dengan penuh semangat, memukau penonton yang menyaksikan dengan antusias.
Kehadiran seni ebeg dalam Ruwat Bumi tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi bentuk pelestarian budaya lokal yang patut dibanggakan. Terlebih karena sanggar ini merupakan bagian dari warga Desa Karekan sendiri, yang terus berupaya menjaga eksistensi seni tradisional di tengah perkembangan zaman.
Secara keseluruhan, pelaksanaan Ruwat Bumi tahun ini berjalan lancar dan penuh makna. Masyarakat terlibat secara aktif, baik sebagai panitia, pengisi acara, maupun penonton yang ikut meramaikan. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan desa tidak hanya terletak pada sumber daya alamnya, tetapi juga pada semangat gotong royong dan kesadaran untuk menjaga warisan budaya bersama.
Melalui kegiatan seperti ini, Desa Karekan menunjukkan bahwa tradisi dan kemajuan bisa berjalan berdampingan, selama ada niat untuk terus merawat nilai-nilai yang diwariskan oleh para leluhur.